Kajian Online Forkom Belanda bersama Ust. Salim A Fillah

Kajian Online Forkom Belanda bersama Ust Salim A. Fillah

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Forum Komunikasi pengajian-pengajian kota di Belanda (Forkom NL) mempersembahkan Kajian Online Live:

“Meneladani Rosulullah dalam Mengisi Akhir Ramadhan”

Bersama:

👳🏻‍♂️ Ustadz Salim A. Fillah

🕙 Sabtu 16 Mei 2020 10.45 – 12.15 CEST (15.45 – 17.15 WIB)

Moderator: Arry Rahmawan (KMD [Keluarga Muslim Delft])

Wassalam, Panitia Kajian Online Forkom NL

*Kolaborasi* Forkom Belanda: KMD Delft, SGB Utrecht, deGROMIEST Groningen, IMEA Enschede, Pengajian Wageningen, MUSIHOVEN Eindhoven, KAMIL Limburg, HIMMI Rotterdam

*Sponsor: Human Initiative*


Resume Kajian ForkomNL: Meneladani Rasulullah di Hari-Hari Akhir Ramadan
Sabtu, 16 Mei 2020 | Via Youtube
Oleh Ustadz Salim A Fillah

Sepuluh malam terakhir di Bulan Ramadan adalah waktu yang paling utama sepanjang tahun. Jika di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah yang utama adalah siangnya, maka di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, yang paling utama adalah malamnya.

Tentang Turunnya Alquran

Allah menurunkan Alquran pada malam kemuliaan, yang lebih baik daripada seribu bulan, yaitu di malam Lailatul Qadr. Lalu, apa bedanya dengan nuzulul qur’an tgl 17 Ramadan?
Para ulama sepakat, tanggal 17 Ramadan adalah turunnya Alquran dari sisi Allah secara utuh dari lauhul mahfudz ke langit dunia. Setelah Nuzulul Qur’an, Alquran dibawa oleh Malaikat Jibril dari langit dunia untuk diturunkan ke Rasulullah saw.

Pada bulan Ramadan, Rasulullah memiliki kebiasaan menyepi, merenungkan kehidupan yang saat itu penuh dengan kejahiliyahan. Dimana manusia mudah berpecah belah dan menumpahkan darah demi memperebutkan sesuatu, manusia berjudi, memakan bangkai, mengubur sebagian anak perempuan dan mengundi nasib. Nilai-nilai kemanusiaan hilang.

Di saat itulah, malaikat Jibril datang menurunkan Alquran kepada Rasulullah saw di gunung cahaya (Jabal Nur), tepatnya di Gua Hira dengan ayat pertama yang turun adalah QS Al-‘Alaq ayat 1-5. Iqra’, bismirabbikalladzikhalaq.

Lailatul Qadr adalah malam yang kemuliaannya lebih baik dari seribu bulan. Menjadikan ia sebagai penyambung waktu (bonus waktu beramal) bagi umat islam saat ini yang umurnya pendek, dengan umat islam dulu yang memiliki umur panjang untuk beramal.

Kemuliaan Alquran

QS Al-Anbiya : 10
‘Sungguh, telah Kami turunkan kepadamu sebuah kitab (Alquran), yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka, apakah kamu tiada memahaminya?’
Semua yang bersentuhan dengan Alquran akan menjadi mulia.
Malam turunnya Alquran (Lailatul Qadr) menjadi malam yang paling mulia. Bulan Ramadan, bulan turunnya Alquran menjadi bulan paling mulia.
Malaikat Jilbril yang menjadi perantara turunnya Alquran, menjadi malaikat paling mulia.
Nabi yang diturunkan Alquran kepadanya, Muhammad saw, menjadi nabi yang paling mulia.
Begitu pula tempatnya, Mekkah, tempat diturunkannya Alquran menjadi tempat yang paling mulia.

Sepenting Apa Ramadan di Mata Rasululllah saw.

Pentingnya waktu-waktu di bulan Ramadan di mata Rasulullah saw dikisahkan dengan beliau yang sampai mengikat sarungnya ketika hari-hari terakhir Ramadan. Supaya waktu beliau di hari-hari terakhir Ramadan tidak terganggu dengan perkara remeh-temeh seperti membenarkan sarung. Kalau kita, mungkin bisa dengan melockdown gadget selama hari-hari terakhir di bulan Ramadan.

Rasulullah saw juga membangunkan keluarganya. Istri-istrinya, putra putrinya dan cucu-cucu beliau karena beliau ingin semua bisa menikmati momen-monem akhir di bulan Ramadan.

Fokus pada Meminta Ampun

Nabi Muhammad saw yang maksum (diampuni dosanya baik yang lalu maupun yang akan datang), selalu meminta ampun pada Allah akan dosa-dosanya. So, bagaimana dengan kita yang manusia biasa berlumur dosa?

Di bulan Ramadan, syaitan-syaitan dibelenggu dan ampunan terbuka lebar. Maka, ‘Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni.’ (HR. Ahmad, shahih). Ulama salaf mengatakan, ‘Barangsiapa yang melewati bulan Ramadan tapi tidak diampuni dosanya, maka tidak akan diampuni dosa-dosanya di bulan-bulan lainnya.’ Logikanya, ampunan sudah terbuka lebar kok kita masih tidak memohon ampunan? Maka, di bulan-bulan setelahmya pun lebih susah diampuni.

Banyak-banyaklah memohon ampunan di bulan Ramadan. Allahumma innaka afuwun, tuhibbul afwa, fa’fuani. Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, menyukai permintaan maaf, maka maafkanlah aku.

Pada doa tersebut terdapat kalimat tawadhu’. Kalimat dari orang-orang terpilih dalam Alquran adalah kalimat memohon ampun. Seperti yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim as di dalam Alquran : Ya Allah, semoga Engkau mengampuni dosa-dosaku di hari pembalasan. Nabi Ibrahim as memohon ampun pada Allah tanpa mengungkit-ungkit amal baik.

Lagipula, seberapa banyak ibadah kita pun tidak akan pernah sebanding dengan nikmat yang Allah berikan kepada kita. Ibadah kita pada Allah cuma beberapa menit, sedangkan Allah memberikan waktu kita sehari 24 jam. Kita berpuasa, tapi Allah memberikan kita rezeki kita banyak.
Tidak pantas menyebut-nyebut amal shalih kita di depan Allah.

Di bulan Ramadan, banyak pula merapal doa Robbana atina fiddunia hasanah, wafil akhirati hasanah, waqina adzabannaar. Memohon keselamatan dunia akhirat dan memohon dijaga dari api neraka. Kalau kita memohonnya dimasukkan dalam surga, bisa jadi kita merasakan panasnya api neraka dulu baru masuk ke dalam surga (na’uzhubillahi min dzalik).

Ibadah di 10 hari terakhir Ramadan

Memohon ampun pada Allah sebagai bentuk kerendahan hati kita. Tidak merasa sudah beramal baik atau beribadah pada Allah. Menjadi hamba yang menikmati keridhaan, rahmat dan kasih sayang dari Allah. Meminta ampunan akan dosa-dosa kita. Karena bisa jadi doa kita terhalang karena dosa kita.

Dosa adalah doa ditambah ‘S’. S nya adalah stop. Kalau dosa kita diampuni Allah oleh istighfar kita, Allah akan mengiringi langitnya dengan keberkahan. Hal yang kita dapatkan dari meraih lailatul qadr juga adalah diampuni dosa-dosa kita yang telah lalu. Sehingga, makin lapanglah doa-doa kita untuk diijabah Allah.

Ibadah I’tikaf

Rukun I’tikaf niat dan duduk berdiam di masjid walau sejenak.
Terdapat dua pendapat tentang pelaksanaan i’tikaf :
1) Masjid yg digunakan untuk i’tikaf adalah :

  • Masjid jami’ (yg dipakai shalat jum’at)
  • Masjid yg ditegakkan shalat 5 waktu, meskipun tidak dipakai shalat jum’at
    2) Sedangkan, ada pula pendapat dari ulama2 fuqaha :
  • Musholla al-bait (masjid yang ada di bagian rumah kita). Ruangan di rumah kita yang dikhususkan untuk kepentingan shalat dan ibadah.

So, bagaimana menyiasati i’tikaf di tengah kondisi covid-19 ini?
Tetap niat (amal baik jika kita niat sudah dicatat satu kebaikan). Kalau dilaksanakan, dapat 10 kebaikan.
Mudah-mudahan kita dicatat sebagai orang yg i’tikaf, kalau di Ramadan sebelum-sebelumnya kita punya kebiasaan i’tikaf.
Hal ini didasari oleh, orang yang selalu melaksanakan qiyamul lail, lalu dalam suatu waktu dia lalai dan tertidur karena kelelahan, tapi malaikat tetap mencatatnya melaksanakan shalat malam karena kebiasaan yang telah ia lakukan. Bila udzurnya kelelahan saja masih dianggap melaksanakan amal yang biasa dia laksanakan, apalagi sekarang udzurnya Covid.

Aktivitas yang dilakukan selama i’tiikaf

  1. Berinteraksi dengan alqur’an
  2. Meningkatkan tsaqofah (ikutan kajian2 meskipun online)
  3. Memohon ampun kepada Allah

“Puasa adalah untukKu dan Aku akan membalasnya sendiri.” Tidak bisa kita memamerkan puasa. Puasa seberapapun enggak bisa dibanggakan. Banyaknya jam puasa enggak perlu dibanggakan. Puasa mengikuti bulan hijriyah dan akan terus dipergilirkan sama Allah. Jika kali ini yanh merasakan puasa belasan jam adalah manusia yang hidup di belahan bumi utara, maka suatu ketika nanti akan dipergilirkan yang merasakan puasa belasan jam adalah manusia yang tinggal di belahan bumi selatan.

Di Ramadan kali ini, Allah menghindarkan kita dari aktivitas yang biasanya bisa melalaikan. Misal, buka puasa bersama yang sebagian orang kadang suka kehilangan sholat maghrib atau keteteran yang lain (shalat tarawih). Kumpul-kumpul penuh keceriaan tapi lupa hakikat puasa. So, tahun ini kita dijaga ibadahnya sama Allah. Semakin harus low profile dan tawadhu pada Allah. Enggak perlu menunjuk-nunjukan amal pada sesama. Shalat tarawihpun beralih dari sunnah khulafaur rasyidin ke sunnah yg lebih utama (Rasulullah).

So, Ramadan ini :

  1. Fokus mohon ampun pada Allah
  2. Fokus ibadah yang kita rahasiakan, makin kita mesrakan dengan Allah saja(yg biasa di masjid, kini kita di rumah, baik tarawih ataupun i’tikaf)
  3. Melaksanakan ibadah maghdah
  4. Bukan cuma memburu ibadah di malam lailatul qadr, tapi istiqomah beribadah selama Ramadan.

Mendapatkan malam lailatul qadr bukan ngepas-pasin ibadah di malam-malam ganjil. Tapi tentang hati yg bergetar jika mengingat Allah. Lailatul qadr adalah tentang keistiqomahan beribadah. Karena bisa juga orang yang tidur di malam lailatul qadr, tetap mendapatkan lailatul qadr. Tapi, bagi kita yang mengusahakan diri mendapat lailatul qadr, syarat mendapat lailatul qadr adalah shalat isya dan subuh berjamaah. Karena andai tidak melaksanakan shalat setelah itu (misal tidur karena malam yang pendek), seakan-akan ia melaksanakan qiyamul lail sepanjang malam.

Suksesnya ramadan tidak dilihat dari meningkatnya ibadah di bulan syawal dibanding Ramadan, tapi meningkatnya ibadah di bulan Syawal dibanding bulan Sya’ban. Konsen Ramadan adalah muhasabah, lalu muroqobah dan terakhir mujahadah (berjuang keras mengistiqomahkan amalan-amalan kita). Lalu, di QS Albaqarah 183 Allah menjelaskan kewajiban puasa adalah agar kita menjadi bertaqwa. Lalu di ayat 185 nya puasa menjadikan kita bersyukur, supaya kelak mendapat bimbingan dari Allah.

Seseorang yang mendekatkan diri pada Allah, lalu ia disibukkan dengan amalan wajib dan amalan sunnah, dia akan disibukkan oleh amalan-amalan kepada Allah. Dan saat itu, Allah akan jadi telinganya utk mendengar, matanya untuk melihat dan mulutnya untuk bicara.

Pertanyaan
[1] Karena malam sangat pendek, bolehkan melewatkan malam tanpa tidur sampai sahur supaya bisa dapat lailatul qadr?
Jawab: Iya, boleh begadang. Tapi, perlu diimbangi dengan tidur siang dan tidur pagi. Tidur pagi boleh dilakukan setelah syuruq.

[2] Apa ibadah optimal bagi wanita yang haid di 10 hari terakhir?
Jawab Melakukan witir-witir mutlak, tasbih takbir tahmid sayyidul istighfar. Dengan baca quran (tidak memegang mushaf, megang terjemahan aja) atau baca quran dari gadget yang sepaket dengan terjemahan. Intinya memperbanyak dzikir, shalawat, dan doa.

[3] Apa tips simpel agar mendapat lailatul qadr, supaya jadi pribadi yg lebih baik?
Jawab: Upaya minimal adalah shalat isya dan subuh berjamaah. Kalau di tengah2nya tidur, minimal 2 hal itu. Beribadah itu jangan muluk-muluk di waktu masih kuat (muda). Karena bisa jadi kita tak bisa istiqomah di waktu tua, karena enggak kuat. So, kita harus bisa memproyeksikan ibadah2 kita yang bisa istiqomah sampai tua nanti. Misal, menetapkan minimal 2 rakaat tarawih, 3 witir. Dan bangun setengah jam sebelum fajar.

[4] Bolehkan shalat id terbatas di rumah?
Jawab: Hakikat shalat Idul Fitri adalah bersyukur (albaqarah 185). So, perbanyak takbir sejak malam hingga pagi. Shalat di rumah bisa dilakukan, namun caranya beda dengan ketika dilakukan di lapangan. Kalau di rumah, takbir bisa tetap dilakukan 7 dan 5 kali, atau bisa juga dilakukan cukup sekali. Bacaannya sirr tidak jahr dan tanpa khutbah. Seperti tata cara shalat sunnah mutlak.

Rangkuman oleh salah satu jamaah KMD (Keluarga Muslim Delft)
@kmdbelanda


Comments

Geef een reactie

Het e-mailadres wordt niet gepubliceerd. Vereiste velden zijn gemarkeerd met *

Deze site gebruikt Akismet om spam te verminderen. Bekijk hoe je reactie-gegevens worden verwerkt.

nl_NL