Menjemput hidayah di Leiden

Hidayah Islam memang sebuah karunia yang patut kita syukuri setiap saat, sebab tidak semua orang dapat memilikinya. Pun demikian, nikmat Islam tidak berkaitan dengan tingkat kecerdasan seseorang, sebab ada jutaan orang cerdas tapi tidak mendapatkan nikmat Islam. Yang ada, potensi kecerdasan yang dimiliki seringkali menjerumuskan semakin jauh dari jalan hidayah.

Memang benar bahwa hidayah Islam bertalian erat dengan faktor biologis. Diakui atau tidak, mayoritas muslim saat ini memeluk Islam (hanya) karena berasal dari faktor biologis kedua orang tuanya.

Tapi kisah Esther, sungguh out of the box dengan kondisi kebanyakan muslimah diluaran sana. Gadis belia keturunan Jepang-Italia ini harus melakukan perjalanan spiritual yang sangat panjang sebelum memantapkan hatinya untuk menjadi seorang muslimah.

Dari garis patriarkis, ayahnya seorang Katolik berkewarganegaraan Italia. Sedangkan secara matriarkis, ia berasal dari rahim seorang ibu berdarah Jepang juga penganut agama Shinto yang taat.

Namun, baik agama Katolik dan maupun Shinto, tidak menjadikan gadis itu tenang dan dengan kehidupan spritualnya. Justru, dia semakin ragu dan berkeinginan untuk menentukan spritual dan pandangan hidupnya tentang agama yang mampu menjadikan ia seorang pribadi yang lebih baik dalam menjalani kehidupan.

Perkenalannya dengan agama Islam ketika menempuh pendidikan di Australia, saat itu usianya masih 19 tahun. Ternyata kemilau Negeri Kangguru tidak menghalanginya untuk memenuhi dahaga keingintahuannya tentang Islam. Bak gayung bersambut, ia banyak berinteraksi dengan anak-anak muslim dari Indonesia dan Saudi. Pertemuan ini ternyata semakin mendekatkan ia ke jalan hidayah, hidayah Islam.

Ayah dan ibunya yang tinggal dinegara berbeda, sehingga ia memutuskan untuk tinggal di Belanda untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Leiden. Alasannya, karena Belanda yang ia kenal memiliki jumlah penganut agama Islam cukup banyak. Selain itu, orang-orang Belanda ramah terhadap penganut agama lain, termasuk agama Islam itu sendiri.

Selama kuliah di Belanda, Esther bukan hanya disibukkan dengan aktifitas akademik semata. Tapi ia juga harus memanfaatkan waktu luangnya untuk kerja part time agar bisa memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari. Dua kesibukan yang harus jalan bersamaan, tidak membuat Esther menyerah soal kondisi spiritualitasnya.

Hingga pada akhirnya, Esther bertemu dengan Jasmine, mahasiswa keturunan Indonesia-Belanda yang juga seorang muslimah dan satu-satunya perempuan berhijab dikelasnya. Interaksinya dengan Jasmine, semakin memantapkan pilihannya untuk menjadi seorang muslimah. Meski belum bersyahadat, ia telah mengubah gaya hidup layaknya seorang muslimah, tidak mengkomsumsi makanan haram/beralkohol dan sejenisnya.

Akhirnya, hari Ahad tanggal 27 Maret 2022 menjadi peristiwa monumental bagi Esther. Ia telah membulatkan tekadnya untuk menjadi seorang muslimah sejati, yang dibuktikan dengan ikrar syahadat.Dipimpin langsung oleh H. Supardi Hasanuddin di Mushollah Stichting Generasi Baru Utrecht.

Esther (paling kiri) sebelum mengikrarkan syahadat, dipandu oleh H. Supardi Hasanuddin (Ketua SGB Utrecht)

Dari kisah Esther, faktor biologis hanyalah langkah awal untuk mendapat hidayah Islam. Bagi kita yang telah beragama Islam sejak lahir patut merenungkan perjuangan panjang Esther menjemput hidayah.

Kita berharap, Esther bisa menjadi seorang muslimah tangguh, mujahidah dakwah yang akan membantu menyebarluaskan nilai-nilai spritualitas cahaya Islam di Belanda.

Similar Articles

Pelatihan Pengurusan Jena...
Utrechtse Moslims vieren ... Woensdag, 6 Juli 2016 PROVINCIE UTRECHT – Voor veel moslims is woensdag het einde van de ramadan. Dat betekent dat ze het Suikerfeest vieren. Turkse moslims vierden dinsdag
Pasen/pesach Assalaamu alaikum wr wb / Vrede zij met u allen! Onze grote voorbeelden, te weten Mozes, Jezus en Mohammed (vrede zij met hen allen), hadden geen gemakkelijke
Dialog Lintas Agama di Ut...
Mengingat Kematian dan Hi... Mengingat Kematian dan Hikmahnya  oleh Ustadz Mizar Ahmad Ahad 26 November 2017, Musholla SGB (Pengajian Annisa) Notulensi: Mba Ida Kita sebagai hamba Allah harus senantiasa bersyukur kepada
Dubes Indonesia di Beland... Utrecht, September 2022. Stichting Generasi Baru (SGB) Utrecht bekerjasama dengan Forum Komunikasi Komunitas Islam Indonesia di Belanda (FORKOM-NL) mengadakan kegiatan besar tahunan bernama KALAMI (KAJIAN ISLAM INTENSIF)
Serial Kajian Serbaserbi ... Assalamu’alaykum Wr. Wb. Ibu/Bapak yang dirahmati Alloh, insyaAlloh Ustadz Fauzil Adhim [pakar parenting] selama 3 bulan ke depan, tiap Ahad terakhir [29 November, 27 Desember, 31 Januari–
Ramadhan Di Negeri Minori... (Hari Kedua Ramadhan) Momentum Ramadhan merupakan dambaan semua kaum muslimin diseluruh belahan dunia, tak terkecuali kita yang tinggal di Belanda. Di Belanda, 1 Ramadhan bertepatan dengan hari
SHALAT IDUL FITRI 1 SYAWA... Foto2 dokumentasi Idul Fitri 1439H Undangan Terbuka [SHALAT IDUL FITRI 1 SYAWAL 1439 H] Jumat, 15 Juni 2018, 08.00 – selesai Assalamualaikum wrwb, Stichting Generasi Baru (SGB)
Kajian Online Forkom NL b... Rekaman Kajian Online di Youtube: https://youtu.be/MqwiKlyWOhs Kajian Online Forkom NL bersama Ust Oemar Mita 💻 Link Kajian Online Interactive: http://bit.ly/kajianliveforkomNL   (Zoom Webinar) Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh SGB

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.